Beberapa bulan yang lalu aku berkesempatan untuk ketemuan sama pak Toge, psikolog yang belakangan suka dibilang dukun itu hehehe..
Aku ketemu dia dalam keadaan NOL soal ilmunya, gak seperti banyak teman-teman yang sudah menimba ilmu lewat buku atau milisnya, aku bener-bener belom pernah tau apapun tentang ilmunya, aku cuma penasaran, dan aku punya big question mark didalam hatiku, aku juga punya kesimpulan-kesimpulan yang aku gak tau salah atau benar, dan yang paling penting, bagaimana cara mengkomunikasikan itu sama sang suami.
"Ok, lets give a shot" itu kata Ulil waktu aku bilang pengen observasi, mungkin karena dia bosen denger aku cerita terus ya hahahaha..
Aku nggak mau membahas tentang Zua disini ya, nggak. Dia terlalu istimewa untuk dibagi dengan orang lain. Aku mau membagi tentang diriku, tentang isi kepalaku setelah aku bertemu om Ge, begitu Zua menyapanya.
Aku adalah tipe pemimpin sejati, pembangun sejati. Berilah aku bahan, aku bisa membuat sesuatu. Naluri inilah yang kemudian menjadikan aku orangtua
diktator penuh kontrol. Aku nggak malu mengakui ini loh..
Kemudian sifat dasar itu berkembang, aku menjadi orang tua yang jadi
fasilitas pelindung karena rasa sayangku yang sangat besar, dan hal-hal yang hanya Allah dan aku yang tahu, aku amat takut Zua kesusahan, takut, dan sebagainya, aku selalu jadi bentengnya atas kesalahannya, memberi excuse, pokoknya kalau diumpamakan mobil, aku bempernya.
Setelah tahun ke 5, masalah mulai nampak. Zua si lembut hati jadi manja, tidak mau mengambil resiko, kesanggupan kecewa rendah, nggak ada naluri berjuang. Semua salah siapa? Tentu saja aku!
Jadilah kemudian om Ge mengenalkan prinsip jadi
fasilitas pelindung atau fasilitas belajar hari itulah pertama kali aku belajar menjadi
fasilitas belajar untuk Zua. Dibantu Ulil, pelan tapi pasti kami bisa melihat progressnya, Zua mulai bisa menerima kekecewaan, mulai tau enak-gak enak dan butuh-gak butuh, mulai menukar strateginya dengan yang lebih smart, dan berkurang jauh tangis baik emosi maupun strategi. "Abaikan lahbat" kayaknya kejam awalnya, belum lagi perasaan terganggu, tapi seiring waktu, semua itu berkurang..
Kemandiriannya mulai naik juga, pas banget sama usianya yang akan masuk SD tahun ini.. Jadi aku belajar, Zua juga belajar. Efek sampingnya kesabaranku meningkat!
Aku dan ulil juga belajar untuk bersepakat, cuma namapun aku
diktatorsi rempong yaaah, kalo ada yang sepakat, aku
paksa nego biar sepakat.. Cuman gara2 #gestwit tentang egois aku jadi malu ati sendiri.. Aku nggak mau jadi orang egoiiis, jadi aku belajar lagi :)
Betul deh kata om Ge.. Memberi saja, percaya saja :)
Terimakasih om Ge, sudah mengajari aku mengenal diriku untuk mendidik anak2ku!